Hipertensi merupakan kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah yang tidak normal dan terus menerus yang disebabkan oleh beberapa faktor. Gaya hidup merupakan salah satu dari faktor penyebab tenjadinya hipertensi (Supriati, 2020). Selain itu, genetic, umur, pekerjaan, tingkat Pendidikan dan pengalaman merupakan salah satu dari faktor dari penyebab hipertensi (Probosari dan Siswanti, 2017). Prevalensi hipertensi di Indonesia bervariasi antar 6-15%. Variasi ini terjadi karena banyak penderita tekanan darah tinggi tidak menunjukkan gejala sama sekali atau hanya mengalami gejala ringan. Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ vital, seperti jantung (sekitar 70% penderita mengalami gangguan jantung), ginjal, otak, mata, serta organ lainnya. Penyakit ini dikenal sebagai silent killer karena sulit terdeteksi dan sulit dikendalikan (Susanto, 2022).
Tabel. Tekanan darah menurut JNC 7
No | Kategori JNC 7 | Sistolik/Diastolik |
1 | Normal | < 120 / 80 |
2 | Prehipertensi | 120-139 / 81-89 |
3 | Hipertensi stage 1 | >140-159 / 90-99 |
4 | Hipertensi stage 2 | >160 / 100 |
Menurut JNC 8 (2014) tekanan darah pada pasien dewasa dengan komplikasi diabetes mellitus dan gagal ginjal kronik berubah menjadi 140/90.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer yaitu terjadinya peningkatan persisten tekanan darah yang disebabkan oleh ketidak teraturan mekanisme control homeostatik normal. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan adanya hubungan pada gangguan sekresi hormone dan fungsi ginjal. Hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan dilakukan terapi penyebabnya dengan tepat (Susanto et al., 2022).
Penatalaksanaan dari hipertensi dilakukan untuk menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg. Banyak kasus hipertensi yang tidak menimbulkan gejala, tekanan darah yang terus menerus bertambah dapat menyebabkan komplikasi (Lukitaningtyas dan Cahyono, 2023). Hipertensi dapat beresiko terjadinya penyakit kardiovaskular lainnya seperti stroke, jantung koroner dan gagal ginjal. Hipertensi dapat dterapi dengan 2 cara yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara modifikasi gaya hidup, diet lemak, pembatasan konsumsi natrium, penurunan berat badan, olahraga ringan, menghentikan kebiasaan merokok dan penghentian konsumsi alkohol (Wulandari et al, 2023). Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis dan dapat dicegah agar tidak terjadi komplikasi dengan pola hidup sehat dan konsumsi obat-obatan antihipertensi.
REFERENSI
Lukitaningtyas, D., dan Cahyono, E. A. (2023). Hipertensi; Artikel Review. Pengembangan Ilmu Dan Praktik Kesehatan, 2(2), 100–117.
Santoso, R., Rahman, M. F., Nurakillah, H., Herawati, A. T., Safari, U., Wahyudinata, D., Tarisa, W., Triana, Y. dan Setiawan, Y. H. (2022). Mengatasi dan Mencegah dengan Kenali Hipertensi untuk Pola Hidup Sehat Di Kelurahan Cipadung Wetan Kota Bandung. Media Abdimas, 1(3), 221-228.
Susanto, S. E., & Wibowo, T. H. (2022). Effectiveness of Giving Deep Relaxation to Reduce Pain In Hypertension Patients in Edelweis Room Down, Kardinah Tegal Hospital. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(4), 5841-5846.
Supriati, S. (2020). Hubungan Gaya Hidup Sehat Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Desa Natai Kondang Kecamatan Permata Kecubung Kabupaten Sukamara Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2020.
Pradono, J., Kusumawardani, N., & Rachmalina, R. (2020). Hipertensi: Pembunuh Terselubung Di Indonesia. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Wulandari, A., Sari, S. A., & Ludiana, L. (2023). Penerapan Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di RSUD jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun 2022. Jurnal Cendikia Muda, 3(2), 163-171
0 Komentar