A. Anemia
Defisiensi zat besi merupakan penyebab utama terjadinya anemia yang dapat berefek substansial pada kehidupan wanita pramenopause dan anak-anak (Utami et al., 2017). Seorang wanita cenderung sering mengalami anemia karena terjadi menstruasi dan kehamilan. Pada wanita normal mengalami siklus menstruasi pada 21-50 hari, hal tersebut dipengaruhi oleh bobot tubuh, usia, aktivitas fisik, genetik, stres dan gizi.
Indikator terjadinya anemia yaitu penurunan kadar hemoglobin darah. Normalitas kadar hemoglobin pada laki-laki lebih dari 13 g/dL dan 12 g/dL pada wanita normal, sedangkan pada wanita hamil di bawah 11 g/dL (Abu-Ouf & Jan, 2015). Anemia dapat dilakukan pengecekan menggunakan alat tensi tekanan darah pada manusia. Tekanan darah manusia dikatakan normal apabila 120/80 mmHg. Tekanan darah pada orang dewasa normal berkisar 95-145/ 60-90 mmHg (Dumalang et al., 2022). Selain itu, pengujian anemia dapat dilihat dengan pengukuran kadar hemoglobin menggunakan alat Automated Hematoloy Analyzer.
B. Kelor (Moringa oleifera)
Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang memiliki khasiat untuk kesehatan. Kandungan bioaktif di dalam tanaman ini dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit. Secara umum, pemanfaatan kelor diambil pada bagian daun karena beberapa penelitian menyatakan bahwa daun kelor memiliki efek yang menguntungkan dan aman bagi tubuh manusia (Stohs & Hartman, 2015). Zat yang teridentifikasi dalam daun kelor antara lain: zat besi (Fe), kalsium (Ca), β-karoten, protein, vitamin A, B, C, D, E dan K (Mursito et al., 2020). Daun kelor segar mengandung komponen bioaktif yaitu vitamin A, tinggi vitamin C, karotenoid, polifenol, asam fenolik, kuersetin, flavonoid, alkaloid, glukosinolat, tanin dan saponin (Leone et al., 2015). Daun kering Moringa oleifera merupakan sumber senyawa flavoniod (Jimenez et al., 2017). Kuersetin merupakan jenis flavonoid utama yang ditemukan pada daun kelor. Hasil penelitian Bhagawan et al., tahun 2017, ditemukan bahwa kadar kuersetin dalam daun kelor sebesar 384,61 mg/100 g.
Flavonoid memiliki aktivitas sebagai antioksidan tinggi sebesar 30,309 mg/mL. Kandungan vitamin C dalam daun kelor lebih tinggi daripada jeruk. Kelor memiliki kandungan vitamin A lebih tinggi dari wortel, serta kandungan kalsium yang lebih tinggi dibanding susu. Daun kelor mengandung zat besi (Fe) 9 kali lebih banyak daripada sayur bayam. Hal tersebut menyebabkan daun ini mampu memberikan efek sebagai antioksidan, antidiabetes, antikanker, antibakteri, anti mikroba, antiinflmasi dan dapat meningkatkan kesehatan (Kashyap et al., 2022). Daun kelor kaya akan zat aktif yang memiliki sifat antianemia, penyembuh luka dan mengandung nutrisi bagi tubuh (Nurhayati et al., 2023). Nilai kandungan besi (Fe) lebih banyak 28,2 mg dalam 100 g daun kelor bubuk (Kashyap et al., 2022). Zat besi (Fe) yang melimpah pada daun Moringa oleifera dapat meningkatkan kadar hemoglobin menjadi 12,06 g/dL ± 1,22 pada wanita hamil sehingga dapat mengatasi anemia yang pastinya berdampak terhadap kesehatan ibu hamil, pertumbuhan dan perkembangan janin (Derbo & Debelew, 2023). Sejalan dengan penelitian Hastuty & Nitia (2022), tentang efektivitas daun kelor terhadap kenaikan hemoglobin remaja putri penderita anemia dengan memberikan kapsul ekstrak daun kelor 500 mg sebanyak 2 kali sehari selama 14 hari, terbukti dapat meningkatkan kadar hemoglobin yang sebelumnya 10,83 ± 0,8641 g/dL menjadi 12,72 ± 0,9399 g/dL.
Kedelai (Glycine max) merupakan sumber protein nabati dan sudah dikonsumsi selama berabad-abad (Rizzo & Baroni, 2018). Selain protein, kedelai mengandung minyak yang kaya akan asam lemak tak jenuh ganda, dengan omega-6 sebagai komponen utamanya, saponin dan sumber mikronutrien esensial yang baik, seperti vitamin E (Fang & Kong, 2022). Kedelai mengandung zat aktif berupa serat, fosfolipid, vitamin, isoflavon, asam fenolik, vitamin, kalsium, saponin dan tanin (Kim et al., 2021). Senyawa ini diklaim memiliki sifat antioksidan, antikanker, antipenuaan, antidiabetes, antikolesterol, menghambat perkembangan HIV, mencegah pembentukan batu empedu, mencegah demensia (pikun), kardiovaskuler, hiperlipidemia dan gagal ginjal.
Kandungan besi (Fe) dalam kedelai cukup tinggi dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya misalnya kacang merah, kacang hijau dan kacang mete (Kuncara et al., 2022). Zat besi yang terkandung dalam kedelai sebanyak 8 mg (Ekafitri & Isworo, 2014). Banyaknya kandungan zat aktif yang berfungsi untuk kesehatan maka, kedelai sangat baik digunakan dalam meningkatkan kadar hemoglobin darah. Hasil penelitian Kuncara et al. (2022), pada ibu hamil yang menderita anemia, mengonsumsi susu kedelai dapat meningkatkan hemoglobin dari 9,84 g/dL menjadi 10,71 g/dL. Hal tersebut selaras dengan pengaruh susu kedelai dalam peningkatan hemoglobin pada remaja putri yang sebelumnya kadar Hb menunjukkan 11,1 g/dL menjadi 12 g/dL (Rizki et al., 2022).
REFERENSI
Abu-Ouf, N.M. dan Jan, M.M. 2015. The Impact Of Maternal Iron Deficiency And Iron Deficiency Anemia On Child’s Health. Saudi Medical Journal. 36(2):146–149.
Derbo, Z.D. dan Debelew, G.T. 2023. The Effect of Fresh Moringa Leaf Consumption During Pregnancy on Maternal Hemoglobin Level in Southern Ethiopia: Multilevel Analysis of a Comparative Cross-Sectional Study. International Journal of Women’s Health. 15:1125–1137.
Dumalang, E.R., Lintong, F. dan Danes, V.R. 2022. Analisa Perbandingan Pengukuran Tekanan Darah Antara Posisi Tidur Dan Posisi Duduk Pada Lansia. Jurnal Biomedik: Jbm, 14(1):96–101.
Fang, C. dan Kong, F. 2022. Soybean. Current Biology. 32(17):902-904.
Hastuty, Y.D. dan Nitia, S. 2022. Ekstrak Daun Kelor Dan Efeknya Pada Kadar Hemoglobin Remaja Putri. (Jpp) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang, 17(1):2654–3427.
Jimenez, M.J., Almatrafi, M.M. dan Fernandez, M.L. 2017. Bioactive Components in Moringa oleifera Leaves Protect Against Chronic Disease. Antioxidants. 6(4):1-13.
Kashyap, A.S., Kumar, S., Riar, C.S., Jindal, N., Baniwal, P., Guine, P.M.R., Correia, P.M.R., Mehra, R. dan Kumar H. 2022. Recent Advances in Drumstick (Moringa oleifera) Leaves Bioactive Compounds: Composition, Health Benefits, Bioaccessibility, and Dietary Applications. Antioxidants. 11(402):1–37.
Kim, I.S., Kim, C.H. dan Yang, W.S. 2021. Physiologically Active Molecules and Functional Properties of Soybeans in Human Health—A Current Perspective. International Journal of Molecular Sciences, 22(8):1-26.
Kuncara, R.B., Qomariyah, N. dan Afrianti, D. 2022. Skrining Anemia Dan Pelatihan Pembuatan Susu Kedelai (Soymilk) Sebagai Upaya Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Lansia. Poltekita: Jurnal Pengabdian Masyarakat. 3(3):447455.
Leone, A., Fiorillo, G., Criscuoli, F., Ravasenghi, S., Santagostini, L., Fico, G., Spadafranca, A., Battezzati, A., Schiraldi, A., Pozzi, F., di Lello, S., Filippini, S. dan Bertoli, S. 2015. Nutritional Characterization and Phenolic Profiling of Moringa oleifera Leaves Grown in Chad, Sahrawi Refugee Camps, and Haiti. International journal of molecular sciences. 16(8):18923–18937.
Mursito, S., M.S., Lilies, B. dan Mawaddah, H. 2020. Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah pada Tikus (Rattus novergicus). Bionature. 21(1):6–12.
Nurhayati, T., Fathoni, M.I., Fatimah, S.N., Tarawan, V.M., Goenawan, H. dan Dwiwina, R. 2023. Effect of Moringa oleifera Leaf Powder on Hematological Profile of Male Wistar Rats. Journal of Blood Medicine. 14:477-485.
Rizki, N., Wiji, R.N., Rismawati, V. dan Harianti, R. 2022. Pengaruh Susu Kedelai Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Remaja Putri SMA Negeri 1 Perhentian Raja Kampar. Jurnal Gizi Dan Kuliner. 3(1):26-33.
Rizzo, G. dan Baroni, L. 2018. Soy, Soy Foods and Their Role in Vegetarian Diets. Nutrients. 10 (43):1-51.
Stohs, S.J. dan Hartman, M.J. 2015. Review of the Safety and Efficacy of Moringa oleifera. Phytotherapy Research, 29(6):796–804.
Utami, B.Q., Surjani dan Mardiyaningsih, E. 2015. Hubungan Pola Makan dan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia Remaja Putri. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing). 10(2):120–126.
0 Komentar